Postingan

Terbaru

Surat Tidak Bertuah

  Eleventh, Jauh sebelum mengenal tulisan, di Mesopotamia, aku yakin ada satu pasang orang yang ingin sekali mengabadikan waktunya dengan baik dengan abadi dan dengan bijak. Karenanya, mereka (satu pasang orang) hanya dapat menggambar semampu yang mereka bisa agar setidaknya cerita mereka dapat abadi. Pernah kau berpikir Elth? Bagaimana orang terdahulu, jauh sebelum mengenal bahasa, mengungkapkan perasaannya kepada seseorang atau barangkali untuk sekadar memuji “kau sangat cantik seharian ini Perempuan”. Percayakah kau dengan reinkarnasi? Bagaimana wujudmu pada zaman dahulu? Apakah begitu pandai berbicara sehingga bermacam makhluk begitu menyukai pribadimu? Aih, aku lupa, ini jauh sebelum adanya bahasa maka tidak mungkin wujudmu yang dahulu itu berbicara. Lalu apa yang membuat bermacam makhluk menyukai pribadimu? Tentu bukan karena namamu itu: rajin usaha tiada henti. Sudahlah, terlalu pusing memikirkan yang dulu-dulu. Bagaimana denganmu yang sekarang? Kata salah seorang yang...

Cerita Tentang Rumah

Cerita ini kubuat pagi-pagi sekali ketika matahari belum membuka matanya di langit-langit, kulihatkan lelaki duduk sendiri di beranda mengira dosa-dosa yang pernah dibuatnya di muka bumi. Nafasnya belum sekali-kali tapi usianya sudah hampir setengah abad, hatinya berdetik tapi bukan pada permaisurinya melainkan selir yang ditemuinya barangkali terlihat di pasar, tempat-tampat ibadah, atau lainnya. Dosa yang tidak termaafkan datang dari anak-anaknya juga kerap kali dirinya berlindung dibalik dosa-dosa yang dibenarkan. Tidurnya tidak akan tenang sampai tubuhnya wafat, wajahnya sudah lain, sesalnya menggantung abadi di retak usianya. Permaisuri sudah habis dengan lelaki itu, sisa selir. Jejak-jejak permaisuri tegas sekali meninggalkan apa yang pernah dibangun, apa yang pernah tertinggal, apa yang pernah tergambarkan. Potongan-potongan roti yang masih tersisa di meja makan untuk anak-anak sarapan, ini rumah sudah sepi sebab jejak-jejaknya juga anak-anaknya. Tidak ditemukan kata dari anak...

Cerita Tentang Harapan dan Keinginan

               Entah ada apa, rasanya malam itu begitu hening dibandingkan dengan suara dari seorang anak kecil yang sedang bermain sendirian, di rumahnya terdapat kolam yang memang biasanya dia pakai untuk bermain. Dari wajahnya banyak sekali harapan dan doa-doa yang bermunculan ketika seseorang dengan jubah hitam berjalan mendekatinya.             Siapakah kau yang mengenakan jubah hitam yang tidak aku tahu namanya? Kata salah seorang anak kecil yang bermain-main dengan pantulan dirinya di dasar kolam.   Waktumu memang masih terlalu pendek untuk menjejakkan kaki di muka bumi ini, sayang. Maka masuklah ke dalam rumah dan tinggalkan pantulanmu yang ada di dasar kolam. Anak kecil itu kebingungan dengan apa yang dikatakan makhluk berjubah. Tidaklah aku mengerti dengan maksud pembicaraanmu Tuan berjubah tapi sepertinya aku tahu maksud kedatanganmu, aku masih ingin bermain-main. Kata ...

Kisah Tuan Berkata Jujur Pada Intinya

Kalau tidak salah siang itu terik sekali, kamarku yang hangat pernah menjadi teman untuk diriku sendiri karena nyaliku besar sekali hari itu. Entah ada angin apa yang berhasil menembus daun pintuku hingga jariku memberikan pesan kepada anak perempuan yang anggun bagiku. Maksudnya apa? Dari balasan pesan itu kujelaskan lebih jelas juga semakin dalam ke dasar-dasar keyakinanku juga intiku yang semakin rapuh setelahnya dengan kata yang aku buat dengan tulisan yang paling sederhana. Satu hari setelahnya aku mencoba menghirup napas panjang yang barangkali masih ada sesak yang masih belum sempat dijelaskan, lalu ada yang mengganjal di intiku ini. Seharusnya sudah tenang hari ini, seharusnya sudah ikhlas untuk malam ini karena dari lisannya sudah menjawab pertanyaanku yang berisik. Beberapa minggu setelahnya karena ada yang mengganjal pada intiku ini, terbang satu pesan yang berani untuk hadir di layar ponselnya melalui surat elektronik, kira-kira begini tulisannya: “Binatang jalang b...