Cerita Tentang Harapan dan Keinginan

             Entah ada apa, rasanya malam itu begitu hening dibandingkan dengan suara dari seorang anak kecil yang sedang bermain sendirian, di rumahnya terdapat kolam yang memang biasanya dia pakai untuk bermain. Dari wajahnya banyak sekali harapan dan doa-doa yang bermunculan ketika seseorang dengan jubah hitam berjalan mendekatinya.

            Siapakah kau yang mengenakan jubah hitam yang tidak aku tahu namanya? Kata salah seorang anak kecil yang bermain-main dengan pantulan dirinya di dasar kolam. 

Waktumu memang masih terlalu pendek untuk menjejakkan kaki di muka bumi ini, sayang. Maka masuklah ke dalam rumah dan tinggalkan pantulanmu yang ada di dasar kolam. Anak kecil itu kebingungan dengan apa yang dikatakan makhluk berjubah.

Tidaklah aku mengerti dengan maksud pembicaraanmu Tuan berjubah tapi sepertinya aku tahu maksud kedatanganmu, aku masih ingin bermain-main. Kata ibu, masih panjang waktuku di bumi ini. Kau ingin mengambil sesuatu dariku ketika aku berbalik badan untuk masuk ke dalam rumah, bukan? Aku belum sempat berbicara dengan perempuan yang aku temukan di sudut kota pada kemarin Sore, aku juga belum meninggalkan sesuatu di muka bumi ini sebagai pertanda bahwa aku pernah hidup. Katanya dengan nada meminta dan lugas lalu dia berjalan mundur sampai masuk ke dalam rumah.

Pada pagi hari, anak itu bergegas menuju sudut kota untuk menemui perempuan yang dia temukan kemarin lusa, mengingat semalam dia bertemu dengan makhluk pengantar menuju keabadian. Tanpa berpikir panjang anak itu segera menjulurkan tanganya bermaksud berkenalan dan memulai pembicaraan kepada perempuan yang dia maksud, meski hanya satu hari, meski tidak akan ada lagi hari esok baginya.

Hai perempuan, izinkan aku untuk tahu namamu, boleh? Katanya.

Tidak. Nama hanya akan mengikat seseorang untuk ingat kepada seseorang yang dia temukan, lalu setelahnya tidak dapat melupakan. Karenanya aku tidak ingin mengikatmu dan diikat olehmu, semoga kau paham apa yang aku maksud. Kata perempuan tersebut.

Jika tidak ingin berkenalan, setidaknya maukah kau bermain untuk satu hari ini saja denganku? Atau barangkali bermain gunting batu kertas meski hanya sekali? Balasnya memaksa untuk bisa bermain dengan perempuan itu.

Boleh aku tahu alasanmu? Sebab aku lihat kau sedikit memaksaku.

Aku hanya ingin bermain dengan yang selain diriku sebab dalam hidup, aku hanya bermain dengan pantulanku, kadang di cermin di kolam atau di tembok dan jalan karena di sana ada bayanganku.

Baiklah, kau bisa gunakan waktuku seharian ini. Selagi masih pagi, kau bisa bawaku ke tempat yang ingin kau jumpai selain dengan dirimu sendiri.

Berterima kasihlah anak itu kepada sosok perempuan yang tidak ingin berkenalan, tidak lupa dia juga berterima kasih kepada penciptanya dan tidak lupa dia ucapkan terima kasih kepada apa yang dia temukan pada satu hari itu. Pikirnya, aku berterima kasih karena aku masih diberikan satu hari untuk melakukan apa yang ingin aku lakukan sesuai dengan rencanaku, semoga perempuan yang sedang denganku ini menjadi saksi bahwa aku pernah hidup.

Ini sudah sore, baiknya kau pulang ke rumah. Kita sambung besok lagi dan kau bisa temui aku di sudut kota. Kata perempuan itu dengan nada gembira. Anak itu hanya bisa tertawa kecil dan mengangguk mendengar perkataan perempuan yang rela waktunya dipakai.

Sembari melangkahkan kakinya untuk sampai ke rumah, anak itu kembali berkata dengan dirinya sendiri. Karena aku sudah senang seharin ini, maka aku dapat mati dengan bahagia malam ini. Aku tidak tahu apa yang dikatakan ibu benar atau tidak terkait waktuku yang katanya panjang, sekiranya itu yang dapat aku bawa sebelum aku benar-benar sendirian seperti sekarang. Mungkin aku akan bertemu dengannya malam ini. Perihal ayah, aku tidak mau tahu, toh selama ini aku tidak tahu jika sosok ayah itu ada. Berbahagialah kau, perempuan yang ada di sudut kota, meski besok aku sudah tidak bisa lagi bermain denganmu namun selayaknya yang kau ucapkan sekiranya itu tidak menjadi masalah bagimu sebab kian kau akan lupa terhadapku. Kau sudah menunggu lama, Tuan berjubah? Aku mengantuk, aku ingin tidur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Tentang Rumah

Kisah Tuan Berkata Jujur Pada Intinya